Rabu pagi, 28 November 2012.
Hari ke 2 gw mengikuti Blacktrail
Dayak Iban kali ini. Alhamdulilah bisa tidur nyenyak malam harinya, ditemani
suara hujan membuat nyaman tidurnya, walaupun beralasa tikar seadanya.
Pagi itu, ada sesuatu membuat
ramai di teras luar rumah betang.
Salah satu penghuni rumah betang menemukan binatang primata yaitu Tarsius
dari hutan. Dan kami ramai-ramai
menontonnya dan memotretnya.
Sayang sekali binatang langka itu keburu lemas dan akhirnya mati L
Pagi itu kita berencana akan susur
sungai.
Ya menyusuri sungai dengan
menggunakan sampan kecil, yang berkapasitas 8 orang.
Jam 9 pagi kami berkumpul di
pinggir sungai utik dan bersiap melaksanakan kegiatan itu, diawali dengan
beberapa pengambilan gambar seperti biasa untuk keperluan acara Kompas TV.
Kami ber 5 tim dari BlackTrail
Dayak Iban dalam satu perahu, ditemani 2 orang penduduk Iban yang bertugas
sebagai operator mesin dan penunjuk depan perahu.
Arus sungai pagi itu cukup deras,
maklum malam harinya baru saja hujan. Tapi justru menambah keseruan aktivitas
rasanya.
Kami berlima juga dibelai kamera
video kecil yg dikaitkan di tongkat untuk merekam aksi kami selama di
perjalanan.
Dan beberapa dari kami suka
sekali eksis di depan kamera itu dengan sesekali berlagak seperti host sebuah
acara. Hahahaha J
Perjalanan dimulai, total perahu
yang kita gunakan adalah 4 perahu.
1 perahu oleh Mas Cahyo dan Nico
serta tim Kompas TV.
1 perahu oleh tim kameraman
1 perahu lagi panitia dan kameraman lainnya
Perjalanan cukup menyenangkan,
udara segar, dan air jernih dan dingin.
Kami melewati dan memasuki hutan. Dengan sekian jenis tanaman dan
pepohonan.
Melewati bebera pohon tumbang juga L
Mendengar suara burung-burung berkicau yang seolah-olah menyambut kami
memasuki hutan itu.
Menyenangkan
Sesekali kita di perahu juga bergurau, tertawa dan berceloteh. Apalagi saat
ada kamera menyorot kami. Hahahaha J
Saat melewati sungai yang dangkal, kami harus turun dari perahu dan
mendorong perahu itu, seru sekali sampai baju kita masak semua J
Ini salah satu moment yang
menyenangkan.
Bahkan sandal Nico sempat hanyut
dengan air saat turun dari perahu, untung bisa ditemukan pagi sandalnya oleh
salah satu penduduk setelah beberapa saat dicari.
1,5 jam perjalanan tak berasa. Entah kita sudah berada di titik sebelah
mana.
Kita berhenti di sebuah pertigaan sungai.
Berhenti disana sekitar 30 menit. Kami rehat sejenak dan kami foto bersama
juga.
Foto resmi BlackTrail Dayak Iban
juga kami lakukan disini.
Yak kami disuruh loncat dan
loncat di sungai ya, tapi gak papa airnya bersih kok, dingin sih iya, secara
juga di dalam hutan.
Selepas itu, kamipun melanjutkan perjalanan kembali.
Tidak lama setelah kami berperahu lagi, kami semua berhenti dan menaiki
bukit-bukit serta trecking menaiki bukit, fiuh...
Buat yang suka merokok dan jarang berolahraga pasti berasa deh ya rasanya..
huehuehue... *nyadar*
Kami dijelaskan beberapa jenis pepohonan khas di hutan borneo dan kami
benar-benar takjub akan adanya hutan tersebut.
Benar-benar terjaga kelestariannya lho,... bahkan kami menemukan
berkali-kali pohon yang memang berusia puluhan tahun, karena gedhe banget
ukuran batang pohonnya.
Jenis pepohonaannya pun bermacam-macam.
So, berkat ketekunan mempertahan kelestarian hutan, Lembaga Ekolabel
Indonesia tahun 2008 memberikan setifikat ekolabel yaitu pengelolaan hutan
lestari terhadap hutan adat di Sungai Utik, dan Sungai Utik adalah desa adat
pertama yang menerima sertifikat ini.
Keren!
Dan pantas mendapat sebutan „The
Last Standing Forest in Borneo ”
Tak lupa beberapa foto dan scene cerita diambil di tengah hutan ini.
Setelah 1 jam trecking ini, kami menaiki perahu kembali untuk menuju ke
ladang.
Ya, waktu sudah memasuki jam 1 siang, waktunya makan siang...
Tek lama setelah itu kami sampai
di ladang.
Eits, jangan salah ya… kami tak langsung makan siang..
Lebih tepatnya kita disambut oleh
buah durian!!
Oalah.. durian..?? iya durian!
Gak tanggung-tanggung kami
disuguhi 4 macam durian yang semuanya super lezat!
Yak, durian itu semuanya jatuh
dari pohonya langsung di hutan.
4 macam durian itu adalah
Durian Kuning yang lezat dan
lembut dagingnya
Durian Putih yang creamy banget
rasanya namun enak
Durian oranye yang yummy seperti selai kacang
Durian Merah yang legit di mulut
seperti mix rasa sirsak, durian dan mangga.
Dijamin gak bikin pusing baunya,
entah kenapa.. karena masih segar buahnya, jadinya mungkin belum kadar
alkoholnya masih sedikit.
Gw yang awalnya ga terlalu suka
durian, disini jadi maniak dan kalap durian.
Nicholas apalagi, kalap juga dengan durian kuningnya…
Mas Cahyo lebih ganas lagi... hahahahaha
Baru setelah puas makan durian, kami memasuki rumah panggung ditengah
ladang.
Kami disambut masuk, dan disuguhi makanan ringan dulu di dalam rumah dan
dilanjutkan dengan makan siang dengan menu seadanya, yaitu nasi dengan lauk
sayuran.
Yang pasti, mereka memasak sendiri makanan itu dirumah panggung di tengah
ladang itu.
Dengan ukuran rumah 4x6 meter ruangan itu sekalian dapur dan juga ruang
rehat serta tempat makan.
Seru dan lezat seperti biasa sajian makanan siang itu..
Setelah rehat sejenak dari makan siang.
Kami tim 5 BlackTrail Dayak Iban
dibagi 2 kelompok.
Gw saat itu dengan Tozan. Dan
grup satunya lagi Yogy, Aang dan Detri.
Gw ama Tozan mendapat tugas untuk
mencari sayuran di tengah hutan dengan warga.
Kami harus berjuang menyusuri
sungai lagi masuk hutan untuk mencari sayur rebung, daun pakis dan juga daun
singkong.
Luar biasa perjuangan mereka
untuk mencari sayuran ya. Dan seru
sekali penglaman kali ini.
Dan tim satunya lagi membantu warga untuk berladang dan mencari kayu
dihutan.
Tak lupa masing2 tim kami juga ditemani oleh tim kameraman karena juga
untuk kebutuhan syuting acara.
Tak terasa waktu sudah jam 4
sore.
Kami bersiap menuju rumah betang kembali. Kali ini cukup cepat kami sampai,
hanya 30 menit sudah sampai di pemberhentian perahu saat berangkat tadi. Maklum
kami mengikuti arus saat pulang kembali ini.
Selepas itu, jangan salah kami langsung beramai-ramai mandi di sungai lho.
Hahahah.. gw pun juga mengambil aksi naik ke pohon dan loncat dari dahan
pohon ke sungai..
Semoga scene ini masuk ke acara ya nanti, lhat deh aksi gw loncat dari
pohon .. J
Menjelang senja kami menuju rumah betang, bersih-bersih badan.
Dan sore itu melihat salahs atu
warga menyiapkan tinta untuk tato. Ya tato.
Seperti yang kita kenal, Dayak
terkenal akan tato nya juga
Dan di Dayak Iban yang terkenal
motif tatonya salah satunya adalah motif bunga terung.
Saat itu Nicholas Saputra
memberikan tantangan ke kami tim 5, jika ada yang mau di tato di badan dengan
motif tersebut kami akan mendapatkan wildcard untuk langsung bisa ikut ke
BlackTrail Raja Ampat.
Ah, sayang sekali tidak ada yang
mau mengambil tantangan ini.
Gw pun juga tidak berani
mengambil tantangan ini.. L
Setelah itu gw bergabung dengan warga yang sedang mengobrol dan bercengkerama
menjelang senja.
Berkumpul di teras luar rumah betang sambil menkmati air enau yang baru
saja diambil dari pohonnya.
Segar... gw sampai hari 2 gelas..
Hahahaha...
Sudah menggelap, kami memasuki rumah betang kembali. Malam itu kami
diundang ke rumah Pak Kades di salah satu bilik di rumah betang,
Kami berkumpul disana, disuguhi minuman khas Iban sambil beramah tamah,
Baru setelah itu kami makan malam di bilik masing-masing.
Setelah kami makan, kami kembali ke teras dalam di rumah betang dan disana kami
bisa melihat beberapa ibu-ibu dan nenek-nenek sedang asyik menenun.
Luar biasa. Mereka menggunakan bahan alami dari hutan untuk menenun itu
semua.
Juga terdapat bapak-bapak yang menjelaskan mengenai senjata khas Iban.
Memasuki jam 10 malam, dan itu adalah malam terkahir kami Sungai Utik di
Dayak Iban. Kami bersama membuat malam kemeriahan, yang sebelumnya kami saling
memebrikan kata-kata kesan dan pesan dari peserta, panitia dan warga juga.
Dilanjutkan oleh kemeriahan kami dalam memberikan hiburan.
Berpantun, bernyanyi, menari dan berjoget bersama. Seru sekali.
Meriah. Dan kami merasa seperti saudara serumah.
Karena badan gw sudah merasa capek dan ngantuk, gw hanya mampu bertahan
sampai jam 12 malam, trus gw kembali ke bilik. Dan sepertinya acara itu masih
berlanjut sampai jam 2 pagi.
Fiuh..!
Hari ke 3 BlackTrail Dayak Iban.
Jam 9 pagi kami baru berkumpul
lagi itu, maklum beberapa dari kami telat tidur sehingga kami cukup siang untuk
berkumpul bersama.
Apa caranya pagi itu…
Offroad! Yeah… untuk apa?? Yak,
untuk mencari durian di hutan!
Yihaa..!
Setelah kami bersiap dan take kamera di depan rumah betang kami berangkat
menuju ke hutan. Dengan menggunakan mobil khusus dari Teroka Kompas TV.
Kami memasuki hutan, dengan jalanan tanah. Dan mobil kamipun terjebak di
lubang yang berlumpur.
Kami semua harus turun dari mobil dan berjuang menarik mobil dengan tapi,
menarik bersama dan kami semua bersimbah lumpur juga kakinya. Hahaha..
Seru sekali dan luar biasanya perjuangan kita kali itu.
Memasuki hutan dan gw pun memakai tempat khusus yang dipakai dipunggung
untuk tempat durian itu.
Dan kami akhirnya mendapatkan duriannya..
Yeaaahh!!
Setelah itu kami menikmati durian itu bersama-sama dan kembali ke rumah
betang.
Sudah jam 12 siang. Gw pun beberes tas, membersihkan sepatu dan juga
berpamitan kepada warga di rumah betang Sungai Utik.
Ya kami semua siang itu akan meninggalkan Sungai Utik dan kami harus menuju
ke tempat selanjutnya yaitu Rumah Betang di Sungai Uluk Palin di Dayak
Tamambaloh.
Perjalanan ditempuh dalam waktu 1,5jam.
Kami sampai disana dan disambut
meriah dengan upacara penyambutan.
Sebagai informasi rumah betang di
Dayak Tamambaloh ini adalah rumah betang tertua dan terpanjang.
Dibangun pada tahun 1938 dengan panjang 204meter. Dan tingginya dalah 6
-7meter
Seru sekali upacara penyambutan kami siang itu, dan kamipun setelah itu makan
siang special di rumah betang Dayak Tamambaloh ini.
Porsi makan siangnya, luar biasa banyaknya.. L sampai gw pun ga sanggup menghabiskan semuanya,
hehehe.. maaf..
Setelah makan siang, kami beramah tamah dengan warga setempat dan dihibur
dengan tarian dan nyanyin.
Gw pun bersama Nicholas Saputra masih sempat jalan-jalan melihat tras dalam
rumah betang ini.
Memang unik dan terlihat lebih berumur daripada rumah betang di Sungai
Utik.
Jam 4 sore, kami berpamitan dari Rumah Betak Sungai Uluk Palin.
Sore itu kami semua harus melanjutkan perjalanan kembali.
Menuju kemana ya kira-kira?
Karena besok pagi kami harus menuju ke Bandara untuk kembali ke Jakarta via
Pontianak.
Panitia membuat rencana, malam
harinya kami menginap di Rumah Betang Bali Gundi di Dayak Taman .
Lokasinya mendekati kota Putussibau, ya bsia
dikatakan akhirnya tempat ini memang lebih modern.
Listrik udah masuk, signal
telepon cukup bagus.
Sore jam 5 kami semua baru
sampai.
Dan tentu saja kami harus
melewati upacara adat kembali ya. Hehehe…
Setelah kami bersantai sore,
pembagian kamar di masing-masing bilik. Malam harinya semua tim 5 dan beberapa
dari panitia harus mengikuti upacara adat mamasi khas Dayak Taman.
Upacara adat ini adalah upacara
adapt pemberian gelar kehormatan.
Dan kami harus memakai baju dan
topi khas Dayak Taman.
Kami masing2 masing berpasangan dengan perempuan dari dayak iban dan duduk
berhadapan.
Prosesi diawali dengan memasang gelang tangan dari kami dan pasangan, lalu
ditukar kembali.
Selanjutnya memasang ikat kepala dari kami dan pasangan dan ditukar
kembali.
Selanjutnya adalah meminum separuh isi gelas dan berbagi dengan pasangan.
Isi gelas ini adalah 8 macam jenis minuman, dari air gula, air garam sampai
minyak sayur. L
Setelah itu kami harus menari berkeliling di teras dalam rumah betang.
Gw yang ga jag menari, mau ga mau harus mengikuti gaya menari khas Dayak
Taman.
Heheheh J
Selesai upacara adat mamasi kami mendapat banyak sekali bingkisan yang
harus kami bawa dan kami makan.
Ada beras, ketan, tepung sagu, kue ketan, kue matahari, minuman khas, air
gula, dan garam dapur. Yang dibungkus dengan kain berwarna kuning.
Banyak sekali ya..
Badan gw sudah capek, letih, dan setelah berkumpul dengan warga setempat,
gw pun jam 11.30 malam beranjak ke tempat tidur.
Kebetulan kamar tidur yang gw tempati malam itu berada di lantai 2 salah
satu bilik di rumah betang itu, dan langsung beratapnya genting.
Cukup unik rumahnya.
Hari ke 4
Pagi harinya, gw termasuk yang berada di ruang makan pertama kali pagi itu,
hahaha..
Tapi Nicho ternyata lebih dulu dari gw.
Menu sarapan pagi kali itu adalah naso goreng plus telur dadar.
Enak...! gw dan Nicho sampai nambah porsi lagi.
Menjelang jam 8 pagi, kami semua harus bersiap menuju ke bandara Pangsuma
di Outussibua, karen ajam 9.40 kami harus terbang menuju ke Pontianak dengan
pesawat Kalstar.
Setelah berpamitan dan kami semua dengan 4 mobil menuju ke bandara.
Cukup 30 menit kami sampai di bandara, check in dan menunggu pesawat kami
ke Pontianak.
Dan pesawat kami delay 2 jam.
Baiklah, kami dengan sabar menungu dan mengobrol dengan tim dari Kompas TV.
Jam 11.40 kami terbang ke Pontianak, alhamdulilah lancar dan jam 12.40 kami
sampai mendarat mulus di Bandara Supadio di Pontianak.
Masih ada waktu untuk makan siang sebelum jam 15.15 penerbangan kami ke
Jakarta.
Kita isi dengan makan siang di resto dekat dengan bandara.
Pesawat kami ke Jakarta tepat waktu jam 15.15 kami semua terbang ke Jakarta
dengan Garuda Indonesia.
Dan jam 16.45 kami sampai di Bandara Soekarno Hatta Jakarta disambut dengan
mengdung gelap bergelaut di langit L
Dan hari itu hari Jumat, gelap mendung bersiap hujan. Dan pastinya, bersiap
macet...
Kami pulang kah..?
Tentu tidak... hehehe..
Kami tim 5 bersama dengan Mas Dhani dari National Geographic Indonesia
menuju ke Sudi Kompas TV di Palmerah. Kami malam itu harus melakukan syuting
masing-masing perserta BlackTrail Dayak Iban untuk kepentingan testimonial
untuk tayangan Teroka serta promo tayangan BlackTrail.
Macet? Iya.. jam 19.30 kami baru sampai di Kompas TV dan setelah makan
malam di kantin baru jam 20.00 malam kami mulai syutingnya.
Alhamdulilah lancar, dan jam 21.30 selesai syuting kali ini.
Kami pun harus berpisah pulang kembali ke rumah masing-masing.
Sedih, harus berpisah dengan kawan-kawan dari BlackTrail Dayak Iban ini.
Walaupun perjalanan kami singkat, tapi sangat berkesan dan meninggalkan
banyak sekali kenangan manis, seru dan mengharu biru.
Banyak sekali sekali pejalaran yang gw ambil dari perjalanan BlackTrail
kali ini.
Bagaimana sebuah alam memberikan hidup bagi manusia, bagaimana mansuai
harus bersahabat dengan alam.
Sebuah arti kekeluargaan dan indahnya hidup dengan kearifan antar sesama.
Bertemu dengan sekian kawan dan saudara baru, dengan masyarakat Dayak Iban,
Dayak Tamambaloh dan Dayak Taman yang luar biasa ramahnya.
Bertemu dengan tim 5 BlackTrail Dayak Iban, serta panitia dari Loreal Men
Expert, National Geographic Indonesia dan Kompas TV dengan berjuta pengalaman
menarik untuk dibagi.
Gw bangga dan senang bisa menjadi bagian dari acara BlackTrail Dayak Iban
kali ini.
Ucapan terima kasih saya ucapkan
kepada
National Geographic Indonesia,
dan tim nya Mas Dhani, Mas Vitra, dan awal redaksinya semua.
L’Oreal Men Expert, Mas Yos dan
semua tim yang lain juga.
Kompas TV dan kru Teroka. Mas Cahyo, Mas Izul, Mas Lingga, Mas Kikit, Mbak
Riri, Mas Agung. Dan semuanya tim produser dan dibalakang layar. Makasih sudah
diberik kesempatan.
Nicholas Saputra, yang menjadi
teman perjalanan yang menyenangkan.
Tim BlackTrail Dayak Iban :
Tozan Mimba dari Bali , yang funny, rame dan ekspresif.
Yogy Satrio dari Jakarta , yang cool dan kamera face J
Detri dari Bandung, yang semangat dan luar biasa pengalaman jalan-jalannya.
Himawan dari Purwokerto, yang
hobi moto dan rela motoin gw juga.
Kalian semua cool abis dah!
Yak lupa buat keluarga besar dan
warga Dayak Iban, Dayak Tamambaloh dan Dayak Taman yang tak bisa kami sebutkan
satu persatu.
Terima kasih luar biasa atas
kesempatan, keramahan serta kearifan dalam menyambut kami, menerima kami
tinggal disana, makanan yang enak-enak dan juga pengalaman yang bisa kami ambil
selama kami tinggal disana.
Semoga hutan dan budaya tetap
lestari sampai ke anak cucu nantinya. Amin..
Dan terima kasih ke semuanya yang
telah mendukung program BlackTrail Dayak Iban ini berjalan dengan lancar.
Photo by Detri
Courtesy of National Geographic Indonesia
(Tozan, Yogy, Mas Dhani (Natgeo), Mas Cahyo (KompasTV), Himawan, Detri, Gw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar