Going
Native di Dayak Iban
Oleh : Arifien Munandar
Perjalanan kali selama 4 hari 3
malam di Dayak Iban dalam rangkaian Program BlackTrail bersama L’Oreal Men
Expert dan National Geographic Indonesia, merupakan perjalanan yang menghasilan
pengalaman yang luar biasa berharga. Bagaimana kita bisa mengenal lebih dekat
tentang kearifan budaya khas Iban, menyatu dengan penduduk setempat, ikut
bersama dalam aktifitas mereka sehari-hari serta belajar dari nilai positif
akan arti sebuah kekeluargaan dan kebersamaan. Dengan mengambil tema Going Native diharapkan memang kita bisa
mengenal lebih dekat masyarakat Dayak Iban dengan mengikuti aktivitas
keseharian mereka.
Suku Dayak Iban, adalah sebuah suku
yang tinggal di Dusun Sungai Utik, Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu,
Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat.
Dari kota
Pontianak
ibukota propinsi Kalimantan Barat bisa ditempuh lewat jalur darat dengan waktu
tempuh sekitar 15 jam, atau dengan menggunakan pesawat dari Bandara Supadio
dengan waktu tempuh 1 jam.
Dari Bandara Pangsuma di
Kabupaten Putussibau, kita harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
mobil dengan waktu tempuh 2 jam.
Jalan yang mulus dan bagus, serta
pemandangan perbukitan dan perkampungan khas suku dayak yang unik menghiasai
perjalanan menuju Sungai Utik.
Sungai Utik itu sendiri berada di lintasan strategis berada dengan
perbatasan Serawak Malaysia. Kecamatan Embaloh Hulu itu sendiri berbatasan
dengan Serawak di bagian Utara dan Barat, Kecamatan Putussibau di bagian Timur,
dan Kecamatan Batang Lupar di bagian Selatan.
Dayak Iban di Sungai Utik itu sendiri menempati kawasan hutan seluas
9.452,5 ha di Kabupaten Kapuas Hulu. Dan mereka mempunyai ciri khas yaitu Rumah
Betang atau Rumah Panjang sebagai identitas mereka.
Rumah Betang di Sungai Utik ini mulai ditempati sejak tahun 1978 dan
dibangun selama kurun waktu sekitar 5 tahun sebelumnya, sampai saat ini
mempunyai panjang sekitar 150 meter dan mempunyai 28 bilik kamar atau ruangan.
Setiap bilik bisa ditempati 1 sampai 3 kepala keluarga.
Sebagai pembanding, kita juga mengunjungi Rumah Betang tertua di Sungai
Uluk Palin yaitu dibangun pada tahun 1938 dengan panjang 204 meter terdapat 53
bilik. Rumah Betang ini terdapat di Suku Dayak Tamambaloh yang ditempuh dengan
perjalanan darat dari Kota Putussibau sekitar 1 jam perjalanan.
Rumah Betang ini sebagai bukti solidaritas dan kebersamaan antara warga,
karena dalam rumah ini dengan mudah antara Tuai Adat (tetua adat), kepala
kampung, tumenggung dan hulubalangnya mengadakan pertemuan rutin serta
pertemuan tentang penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pak Janggut, yang merupakan salah satu Tuai Adat di Dayak Iban Sungai Utik,
menjelaskan jika hutan yang mereka tinggali saat ini harus dijaga
kelestariannya, karena mereka hidup dari hutan mulai dari berladang, sayur
mayur dari hutan, serta ikan dari sungai yang berhulu di hutan mereka. Hutan
adalah hidup mereka dan harus diturunkan kelestariannya untuk anak cucu
nantinya.
Setelah melihat sendiri tentang
kelestarian hutan di Sungai Utik ini, dan mengikuti aktifitas menyusuri sungai
Utik menuju ke hulu, masuk ke dalam hutan dan menjumpai beberapa pohon-pohon
khas dari Borneo. Salah satunya yang dominan adalah pohon kayu meranti dan
kapur, tetapi banyak juga ladan, kempas, jelutung, dan gerunggang. Walaupun
mereka juga mempunyai aktifitas berladang, tetapi harus diakui jika hutan
disana masih sangat terjaga kelestariannya. Dan patut mendapat predikat “The
last standing forest in Borneo ”.
Mereka tidak tergoda oleh tawaran
dan godaan materi dari investor untuk menebang kayu dan membuka ladang untuk
mengeksploitasi hutan mereka.
Dan berkat ketekunan mempertahan
kelestarian hutan, Lembaga Ekolabel Indonesia tahun 2008 memberikan setifikat
ekolabel yaitu pengelolaan hutan lestari terhadap hutan adat di Sungai Utik,
dan Sungai Utik adalah desa adat pertama yang menerima sertifikat ini.
Selain mereka mempertahan hutan
sebagai salah satu tradisi mereka. Tradisi lain pun juga selalu dijaga dan
dipertahankan. Dalam menyambut tamu, mereka akan menyambut dengan tarian khas
Iban, tamu diarak berkeliling selama 3 kali di teras dalam Rumah Betang, dan
diiringi oleh musik khas Dayak Iban.
Makanan dan minuman khas juga
selalu disajikan disini, dan menu makanan yang disajikan selama kami disana pun
adalah berbahan dasar dari apa yang mereka dapat dari hutan, sungguh alami dan
rasanya enak sekali.
Hutan adalah bagian hidup mereka,
untuk berladang, sumber air, buah dan sayuran. Hutan cadangan juga untuk kayu
bakar dan tanaman obat dimanfaatkan untuk itu.
Sanitasi di dearah ini juga
terjaga, mereka sudah membuat WC dan juga kamar mandi di setiap bilik. Sehingga
sungai di dekat mereka tinggal bisa dimanfaatkan untuk mencari ikan, mandi dan
juga membersihkan peralatan berladang.
Di akhir tahun disana sedang
musim durian, sehingga sangat dengan mudah kita mendapatkan durian yang jatuh
di hutan. Jangan khawatir, durian disana masih segar dan tidak membuat kepala
pening. Terdapat 4 jenis durian yang kami jumpai disana, yaitu durian kuning,
durian putih, durian oranye, dan satu lagi durian merah (merah di kulit
duriannya). Semua memiliki rasa yang berbeda, dan tentu saja jangan ditanyai
mengenai rasanya yaitu sangat nikmat dan lezat.
Dayak
Iban menyadari bahwa "Hutan
memberi kami air bersih, sehingga darah kami bersih. Tanah kami utuh, tanah
menua dan tidak dibabat. Hutan kami menangkap karbon,
gas yang beracun sehingga kami terlindung dan kami tidak terkena penyakit.
Karena itulah mereka sadar ini salah satu bagian yang harus selalu ditanamkan
terdahadap anak cucu mereka.
Salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh pemerintah saat ini adalah fasilitas penerangan, karena saat
ini mereka untuk malam hari terbatas menggunakan genset. Terkait dengan harga
solar yang tinggi serta jauhnya jarak untuk membelinya juga sehingga pemakaian
genset itu sendiri juga sangat terbatas. Sehingga mereka harus menggunakan
lampu minyak di malam harinya.
Dan juga masalah sarana
telekomunikasi, disana sama sekali tidak terdapat sinyal telepon. Sehingga jika
harus melakukan komunikasi melalui telepon genggam harus menuju ke puncak bukit
yang berjarak sekitar 1 km dari tempat mereka tinggal.
Belajar tentang kearifan budaya
Dayak Iban, membuat kita mengerti apa arti alam bagi hidup kita. Menghargai dan
bersahabat dengan alam, melestarikan budaya sebagai warisan leluhur dan juga
sebuah arti kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama.
Pengalaman menggunakan produk L’Oreal Men Expert
Saya sudah lama menggunakan
rangkaian produk L’Oreal Men Expert ini, tidak hanya pembersih muka tetapi juga
pelembab kulit muka.
Saat kemarin beraktifitas selama
4 hari 3 malam di rangkaian acara Black Trail di Dayak Iban. Kita harus berkegiatan dibawah sinar matahari
langsung, berkeringat tentu saja. Melakukan off-road juga yang mengakibatkan kulit terkena kotoran dan
lumpur, menyusuri sungai utik dan masuk ke dalam hutan.
Dengan adanya pembersih muka dari L’Oreal Men Expert ini bisa membersihkan
kulit wajah saya dengan maksimal setelah berakfitas tadi, apalagi kulit saya
berminyak sehingga setelah dibersihkan wajah kembali segar dan kulit kembali
bersih dan sehat.
Saya menggunakan pembersih muka Pure Matte Charcoal Scrub Deep Action dari
L’Oreal Men Expert ini, karena sesuai untuk kulit saya yang berminyak, maksimal
membersihkan kulit yang kotor setelah beraktifitas luar ruangan. Dan wajah saya
bebas dari jerawat.
Dan untuk keseharian, setelah
mencuci muka, saya juga memakai Mattifying Toner, cukup dibantu kapas untuk
membantu mengecilkan pori-pori kulit. Serta setelah itu dilanjutkan dengan pelembab
kulit atau Moisturizing Gel Pure and Mate yang melembabkan kulit selama 24 jam,
membuat kulit bebas dari minyak, sehingga kita bisa beraktifitas maksimal dan
untuk kesehatan kulit juga tentunya.
Semua aktifitas tadi cukup simple
dilakukan, hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 5 menit. Sehingga tidak
menyita waktu banyak dan tidak ada alasan untuk melewatkannya.
Yang pasti kulit muka pria itu
berbeda, pori-pori kulit lebih lebar dan permukaan kulit lebih kasar, sehingga
diperlukan pembersih muka yang benar-benar sesuai untuk kulit pria.
Dan L’Oreal Men Expert salah satu produk yang benar-benar mengerti akan hal
ini.
Kalau tidak kita yang merawat kulit kita sendiri, siapa lagi.
Karena kita begitu berharga.
(Photo by Detri W)
All Photo Courtesy of National Geographic Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar